Minggu, 11 Januari 2009


"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan, karena syetan itu adalh musuh yang nyata bagimu,"(QS al-Baqarah:168).
Ketika Ibnu Abbas membacakan ayatini, Sa'ad bin Abi Waqqash berdiri seraya berkata, "Ya Rasulullah, doakan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan doanya oleh Allah."
Rasulullah bersabda, "Wahai Sa'ad, perbaikilah makananmu niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak baginya,"(Ad-Durar al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma'tsur, II/403)
Hadist yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani ini mengisyaratkan tiga hal: Pertama, perintah untuk mencari dan memakan yang halal, Allah SWT memerintahkan kepada para Rasul-Nya dengan firman-Nya, "Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,"(QS al-Mukminun:51)
Yang menarik dari ayat ini adalh perintah untuk memakan yang halal didahulukan daripada anjuran mengerjakan amal shalih. Sebab, dengan memakan yang halal akan membantuuntuk melaksanakan amal shalih.
Makanan haram bisa disebabkan memang dzatnya yang haram, seperti: bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba, curang dalam jual beli, korupsi, suap dan lain sebagainya. Praktik-praktik mendapatkan harta dengan cara yang haram dapat dengan mudah kita saksikan di zaman ini. Perampokan, penipuan, riba, korupsi, dan yang lain sebagainya hampir-hampir selalu diekspos setiap hari oleh koran-koran dan televisi atau media lainnya. Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala macam cara digunakan untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.
Saatnya kita bermuhasabah. Berapa banyak doa yang telah kita panjatkan kepada Allah, berapa banyak istighatsah digelar untuk mengatasi berbagai krisis yang mendera bangsa. Namun, bencana demi bencana tetap melanda negeri ini. Berbagai krisis tak kunjung teratasi. Mungkinkah ini karena bangsa Indonesia terbiasa dengan praktik-praktik mendapatkan harta dengan cara yang haram? Atau, kita sudah terbiasa mengkonsumsi makanan haram, sehingga Allah tak mengabulkan doa kita?

Oleh m.najib/27/x-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar